Notification

×

Today's quote

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Taksonomi Bloom dalam Penyusunan Soal Evaluasi

8 Des 2021 | Desember 08, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-12-10T07:22:24Z

Bagaimana sih, cara menyusun soal yang akan dibuat dengan menggunakan dasar taksonomi Bloom? Berikut ini adalah tulisan Alaydrus tentang bagaimana taksonomi ini dapat membantu tutor dan juga peserta didik dalam rangka menyusun soal-soal evaluasi yang mengajak berfikir higher order thinking skill (HOTS). Selanjutnya, teman tutor dapat mengembangkan dan dapat menggunakannya dengan cara mengubah soal yang bersifat low order thinking skill (LOTS) kemampuan berfikir rendah. Apakah selama ini tutor masih menggunakan model LOTS atau HOTS? 

Tentu anda sangat familiar dengan model pertanyaan berikut:

  1. Apa yang dimaksud dengan norma?
  2. Sebutkan dan jelaskan norma yang berlaku di masyarakat!
  3. Berikan 3 contoh norma kesopanan!

Kesemuanya adalah contoh soal Pendidikan Kewarganegaraan kelas 7. Ada apa dengan tiga soal di atas? dapatkah anda menemukan ciri yang sama dari ketiganya?

Ya! ketiga soal di atas ditujukan untuk mengasah level keterampilan berpikir yang sama, yaitu Remembering (mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh). Melalui jenis soal seperti ini, siswa dituntun melakukan recall, mengungkapkan kembali (restate), dan mengingat informasi yang telah dipelajari.

Namun, di dalam Taksonomi Bloom, pertanyaan dengan ciri remembering ternyata menempati posisi terendah dalam keterampilan berpikir (Thinking Skills).

Eh tunggu dulu,  Taksonomi Bloom itu apa sih?

Taksonomi Bloom ini adalah teori yang dikembangkan oleh Benjamin Bloom pada 1956. Saat itu ia menyusun beberapa level perilaku intelektual dalam belajar. Bloom mendapati bahwa lebih dari 95% soal ujian ternyata hanya mengasah kemampuan anak di level terendah yaitu.. me-recall informasi.

Kemudian Bloom mengindentifikasi enam level domain kognitif mulai dari mengingat kembali atau mengenali fakta-fakta (level terendah: remembering), hingga pada tingkat yang lebih kompleks yakni mengevaluasi (level tertinggi: Evaluate).

taksonomi bloom

Taksonomi Bloom (1956) 

Pada tahun 1990, Lorin Andersen, murid dari Bloom, merevisi teori ini dan membuat beberapa perubahan, seperti berikut:

bloomtaxonomy-e1445435495371

Taksonomi Bloom versi Revisi (1990)

Kita bisa melihat bahwa level tertinggi dalam keterampilan berpikir bukan lagi mengevaluasi (evaluate), melainkan menciptakan (create). Sehingga untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan kreativitas siswa, pendidik perlu memberikan variasi pada tes-tesnya dengan instruksi untuk menganalisa, mengevaluasi, dan mengembangkan sebuah konsep.

Sehingga, jika dimasukkan sedikit perubahan pada level yang lebih tinggi, maka 3 soal di awal tulisan ini bisa divariasikan menjadi :

  1. Apa yang terjadi jika seseorang menolak patuh pada norma kesopanan di masyarakat? (Menganalisa)
  2. Bagaimana kamu menanggapi adanya idola remaja yang tidak mencerminkan kesopanan pada perilakunya? (Mengevaluasi)
  3.  Tulisan idemu mengenai langkah apa yang perlu dilakukan agar remaja tidak terjebak pada tren pergaulan yang salah? (Menciptakan/mengembangkan solusi).


Berikut ini kata kunci instruksi dalam setiap level:

kata kerja operasional taksonomi anderson.PNG

Saya jamin anda akan sangat mudah mendapatkan penjelasan lebih jauh serta contoh kongkrit pengaplikasian teori ini di buku dan internet . So, start googling, reading,  and generating your high level questions 🙂


Penulis: Ragwan Al-Aydrus

×
Berita Terbaru Update