Notification

×

Today's quote

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru yang Asik

7 Feb 2024 | Februari 07, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-02-07T13:03:45Z

Sebagai guru yang sudah mengajar lebih dari 2 dekade, saya pernah mengikuti pelatihan yang manfaatnya langsung diaplikasikan dalam pembelajaran dan berdampak langsung kepada murid-murid.

Pelatihan tersebut didesain penyelenggara pelatihan sedemikian rupa dan tentunya sudah dipahami oleh narasumbernya . Kalau dideskripsikan secara singkat, pelatihan tersebut mirip kegiatan pembelajaran di kelas bersama murid-murid. Jadi narasumber menyampaikan materi pelatihan bisa ditiru oleh peserta pelatihan saat mengajar di kelas, sekolah masing-masing.

Pada awal kegiatan pelatihan, narasumber mengajak mengisi waktu dengan ice breaking. Saya kira ice breaking tersebut hanya mengajak peserta agar segera fokus kepada pelatihan, ternyata tidak. Ice breaking tersebut bermakna bagaimana guru bisa mengetahui cara belajar murid-muridnya.

"Saya tahu cara belajar Bapak dan Ibu dari ice breaking ini..." Kata narasumber membuat saya jadi penasaran.

"Bapak Ibu memiliki gaya belajar kinestetik, auditorial, atau visual dapat dilihat dari ice breaking baru saja." Penjelasan berikutnya membuat saya langsung 'ngeh' paham banget.

"Wah asik ini!" Saya makin bersemangat mengikuti pelatihan. Batin saya waktu itu

"Saya coba di kelas ah!" Saya merasa punya insight mengajar lain dari biasanya.

Setelah mengajak ice breaking, narasumber memberikan materi pelatihan bertema Procedure Text. Inilah perbedaan pelatihan-pelatihan yang saya ikuti. Jadi pelatihan ini, narasumbernya menampilkan diri sebagai guru dan seolah kami murid yang sedang belajar bersamanya. Kebetulan saya mengikuti kelas bahasa Inggris, jadilah materi pelatihan mengambil salah satu materi pelajaran bahasa Inggris. 

Kami diingatkan kembali bahwa mengajar bahasa Inggris itu menggunakan Genre Based Approach yang memiliki empat tahapan, yaitu BKOF, MOT, JCOT, dan ICOT. (1) Building Knowledge of the Text (BKOF) adalah tahapan dimana guru membangun pengetahuan murid pada topik yang dibicarakan; (2) Modelling of the Text (MOT) adalah tahapan dimana guru memberikan model/contoh teks sebagai acuan bagi murid dalam menghasilkan karya, baik secara lisan maupun tulisan; (3) Joint Construction of the Text (JCOT) adalah tahapan dimana guru membimbing murid dan bersama kelompoknya menganalisis aspek pengetahuan dan keterampilan; (4) Independent Construction of the Text (ICOT) adalah tahapan dimana murid membangun aspek pengetahuan dan keterampilan secara mandiri. 

Narasumber sedikit sekali memaparkan materinya. Waktu pelatihan habis untuk diskusi, menemukan hal baru, dan mempresentasikan hasil diskusi. Pelatihan tak lagi membahas dokumen pembelajaran tapi proses membuat produk/karya layaknya guru meminta muridnya membuat karya. Dengan pola kerja narasumber seperti ini, kami dikenalkan jabatannya sebagai fasilitator daerah (Fasda). 

Fasda memberi tugas kepada kami para peserta pelatihan sesuai dengan gaya belajar kami. Di sini saya lihat mulai diterapkan diferensiasi dalam pembelajaran. Kami dikelompokkan sesuai gaya belajar kami. Cara fasda memperlakukan kami ini ternyata menginspirasi peserta pelatihan. Hal ini tampak ketika peserta menyetorkan tugas praktik mengajar di sekolah masing-masing, mereka mengidentifikasi gaya belajar murid-muridnya seperti fasda ini.

Selain tugas membuat video, kami juga mendapat tugas membuat infografis menggunakan aplikasi digital, ada yang menggambarkan secara manual, dan ada pula yang menyelesaikan tugasnya dengan menciptakan lagu. Bukankah ini model bentuk diferensiasi?

Karya kami setelah jadi, disetor ke aplikasi Padlet. Ini juga pengalaman pelatihan yang bisa diaplikasikan saat guru mengajar di sekolah masing-masing. Terbukti beberapa dari kami menayangkan video praktik mengajar di sekolah masing-masing, aplikasi ini digunakan juga.

Ketika pembelajaran selesai, kami tak lupa mengikuti sesi refleksi. Awalnya beberapa dari kami ditunjuk untuk menyampaikan pengalaman dan kesannya mengikuti pelatihan pada hari itu. Selain disampaikan secara lisan, kami juga bisa menyampaikan perasaan kami mengikuti pelatihan menggunakan aplikasi Kahoot. 

O ya, sesi ice breaking juga ada selain di awal kegiatan pelatihan. Fasda juga mengingatkan murid-murid di kelas juga perlu diberikan ice breaking.Tujuan ice breaking adalah untuk mengembalikan konsentrasi dan juga mood murid-murid sehingga bisa kembali mengikuti pembelajaran dengan baik dan fokus.

Bagaimana, nendang bangetkan?
Bagaimana dengan pelatihan yang biasa kita ikuti? Kita lebih sering tanya kapan sertifikat bisa diterima dan apakah file materi sudah beredar. Dalam pelatihan yang saya ceritakan tadi, saya tidak menyaksikan peserta pelatihan sibuk menanyakan sertifikat dan materi pelatihan. Saya duga mereka waktu itu sibuk menjaga memori di otaknya tentang tahapan mengajar yang sudah dicontohkan oleh fasilitator daerah tersebut.

Jombang, 7 Januari 2024
Astatik Bestari

×
Berita Terbaru Update