Notification

×

Today's quote

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Woman International Day: Bangga Mengapresiasi Capaian Kaumnya Sendiri

3 Apr 2024 | April 03, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-04-03T08:24:38Z
Membumikan Tujuan Peringatan International Women's Day

Hari ini tanggal 8 Maret momentum diperingatinya Hari Perempuan Sedunia. 
PBB mengusung tema "Invest in Women. Accelerate Progress" untuk merayakan Hari Perempuan Internasional 2024. Arti tema tersebut adalah Berinvestasi pada Perempuan: Mempercepat Kemajuan. Tema tersebut disusun dengan maksud mempercepat pencapaian kesetaraan gender.(Detikjatim, 7 Maret 2024)

Dalam situs resmi IWD ( International Women's Day) Antara lain tujuan peringatan IWD untuk merayakan capaian perempuan di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan politik "International Women's Day is a global day celebrating the social, economic, cultural and political achievements of women". 

Kiranya tujuan ini akan lebih baik hasilnya jika menjadi budaya di tengah para perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Budaya ikut bangga atas capaian sesama perempuan di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan politik. 

Budaya ikut bangga dan merasa bersyukur atas capaian perempuan lain di segenap hati para perempuan pada umumnya pasti menjadi energi positif. Energi yang menumbuhkan semangat berkarya pada diri perempuan. Energi yang membuat perempuan percaya diri tampil berkarya di ruang publik.

Rasa bangga dan ikut bersyukur ini tampak pada sikap perempuan yang ringan memberi apresiasi kepada sesama perempuan yang berprestasi. Diungkapkan secara terang-terangan ataupun privat.

 " Selamat ya, kamu memang hebat!" 

"Izin share ya, karyamu layak dibaca orang banyak."

"Boleh aku bantu memasarkan karyamu ini?" Dan ungkapan serta sikap bangga dan lega menyaksikan kaumnya berprestasi. 

Di group sosial media pun paling lantang menyuarakan kabar bahagia saat ada kaumnya di lingkungan terdekatnya yang sukses meraih capaian hidup yang gemilang. Paling bersemangat memberi apresiasi komentar atau emoji bahagia. Dukungan positif ini tentulah membuat perempuan termotivasi berkarya untuk kehidupan lebih baik, bagi dirinya dan kepentingan orang lain. 

Mengampanyekan tujuan International Women's Day sebagai budaya di tengah kaum perempuan dan masyarakat pada umumnya. Masih ada saja kejadian di lingkungan kerja dan di lingkungan sosial, prestasi perempuan tidak mendapat tempat yang layak. Andaipun dihargai dan diapresiasi, biasanya adalah perempuan yang berada di status sosial dan ekonomi mapan di lingkungan tersebut. Di luar lingkungannya, perempuan berprestasi masih berpotensi dimarginalkan, anehnya pelakunya bisa dari kaumnya sendiri, sesama perempuan.

"Gayanya sudah diangkat jadi manajer, bicaranya beda..." Atau hanya pandangan sinis seolah melempar kesan 
"Apapun prestasimu, kau tetap tak bisa membuat kami bangga."

Tak dipungkiri ungkapan dan perilaku seperti ini membuat perempuan yang punya potensi sukses menjadi insecure, rasa tak nyaman. Perasaan ini sedikit banyak mempengaruhi produktivitas kerjanya di waktu berikutnya. Kalau sudah begini, apa makna perjuangan perempuan yang ingin kaumnya maju, berdaya, dan diperlakukan adil? Penyelenggaraan workshop, seminar, aksi turun jalan bertajuk memperjuangkan kepentingan perempuan serasa tak berdampak besar di kehidupan sehari-hari.

Perempuan yang memiliki prestasi baik dalam aktivitas hidupnya di dunia kerja dan atau di lingkungan sosialnya terkadang masih kalah dalam menyedot perhatian pegiat pejuang perempuan yang notabene mayoritas perempuan juga. Pejuang perempuan lebih sering memfokuskan perjuangannya kepada perempuan korban pelecehan seksual. Ada pula perjuangan atas marginalisasi secara ekonomi ( honor kerja, cuti kerja yang tidak manusiawi), dan diperlakukan tidak adil di hadapan hukum. Termarjinalkan dalam bidang politik atas aturan yang tidak mengakomodasi fitrah perempuan tak ketinggalan pula. Semua membuat pejuang perempuan geram, risih, hingga akhirnya ada aksi, pertemuan untuk mendapatkan penyelesaian yang proporsional.

Di sisi lain, perempuan berprestasi, punya modal uang, punya skill tertentu yang menyokong keberdayaannya masih ada yang terperangkap dalam kedzaliman. Pelaku kedzaliman pun bisa juga dari kaumnya sendiri. Ini rupanya masih alpa dari perhatian para pejuang perempuan itu sendiri.

Lihatlah, di dunia kerja perempuan yang memiliki kinerja bagus tak jarang menerima perundungan. Lebih memprihatinkan, pelakunya juga dari sesama perempuan. Karena faktor iri tak memiliki jabatan yang sejajar, para perempuan pekerja ramai-ramai mengkotak perempuan berprestasi ini agar jauh dari lingkungan pergaulan di tempat kerja.

Di organisasi kemasyarakatan juga demikian. Budaya mengorek sisi negatif perempuan yang berprestasi lebih dulu muncul ketimbang budaya melindunginya atau menutupi dengan cara lebih semangat membicarakan capaian baiknya.

 Anak-anak perempuan di sekolah menengah pun tak jarang kurang ramah dengan sesamanya cuma karena hal sepele yang tidak bisa disikapi dengan bijak. Tidak mau bekerjasama dalam menyelesaikan tugas karena taat aturan guru, bisa menjadi sebab bullying yang menyebabkan anak perempuan berprestasi ini merasa tak nyaman dan tak aman. 

Perempuan pekerja, perempuan berprestasi di manapun berada, dan anak perempuan berprestasi di sekolah jika dibiarkan mengalami perundungan karena dianggap kewajaran dalam interaksi sosial, tak menutup kemungkinan menjadi kendala terwujudnya tujuan peringatan International Women's Day. Ini bisa diasumsikan bahwa perayaan peringatan International Women's Day hanya sebatas mimpi yang tertulis belum menjadi budaya di tengah para perempuan itu sendiri apalagi masyarakat dunia pada umumnya.

*Sudah semestinya, para pejuang perempuan menambah fokus perjuangannya. Selain mengadvokasi perempuan yang mengalami perlakuan negatif karena ketidakberdayaannya melawan pelecehan, ketidakadilan, marginalisasi bidang ekonomi, partisipasi bidang politik, para pejuang perempuan hendaknya mengkampanyekan upaya melindungi para perempuan berprestasi yang minim apresiasi dan minim dukungan. Upaya ini mendorong perempuan lebih bebas berkarya, dan karyanya berkembang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan. Mengampanyekan tujuan International Women's Day sebagai budaya di tengah kaum perempuan dan masyarakat pada umumnya.*

Jombang, 8 Maret 2024
Astatik Bestari


×
Berita Terbaru Update