Notification

×

Today's quote

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Mengasah Berfikir Kritis Warga Belajar

10 Mei 2023 | Mei 10, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-06-09T16:56:37Z

 Mengasah Berfikir Kritis Warga Belajar 

contoh critical thinkingSumber: ThadomalShahaniCenter


Pendekatan pedagogi kritis dan berfikir kritis mendorong siswa untuk mengembangkan kesadaran sosial, empati, dan keterlibatan aktif dalam mencari solusi untuk permasalahan sosial. Guru memberikan konteks dan ruang diskusi yang aman untuk siswa mengeksplorasi dan menggali isu-isu yang relevan dengan realitas mereka.


Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pentingnya berpikir kritis dalam pendidikan dan bagaimana pengembangannya dapat membantu siswa dalam pembelajaran yang lebih efektif.

Selamat datang dalam dunia berpikir yang luas dan menarik, di mana pikiran kita dibimbing untuk menjelajahi, menganalisis, dan mengevaluasi segala hal di sekitar kita. Dalam era informasi yang kaya akan pengetahuan dan perspektif yang beragam, kemampuan berpikir kritis menjadi semakin penting. Berpikir kritis memungkinkan kita melampaui pemikiran dangkal dan menerima informasi secara pasif, dan mendorong kita untuk menjadi peneliti yang cerdas dan pemberontak berpikir yang gigih.

Namun, apa sebenarnya berpikir kritis itu? Bagaimana kita dapat menerapkannya dalam konteks pendidikan? Apakah ada langkah-langkah praktis yang dapat kita ikuti? Artikel ini akan memandu Anda melalui alur berpikir kritis, memberikan panduan dan contoh konkret untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Bersiaplah untuk menantang cara berpikir konvensional, merangsang pikiran Anda, dan memperluas pemahaman Anda tentang dunia.


Dalam perjalanan ini, kita akan menggali pengertian mendalam tentang berpikir kritis, mulai dari pengajuan pertanyaan yang mendorong pemikiran mendalam hingga pengembangan keterampilan analisis yang tajam. Selanjutnya, kita akan menjelajahi kemampuan evaluasi yang kritis untuk membedakan antara informasi yang dapat dipercaya dan tidak dapat dipercaya. Melalui contoh-contoh situasi yang menarik, Anda akan melihat bagaimana berpikir kritis dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran di berbagai tingkatan, dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.


Selain itu, artikel ini akan mengajak teman-teman pendidik untuk merangkai kata-kata dan frase-frase yang tepat dalam berbicara dari sudut pandang seorang guru. Kita akan menemukan cara-cara komunikasi yang efektif untuk mendorong siswa agar terlibat dalam berpikir kritis, memicu antusiasme mereka, dan membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir yang mendalam.


Jadi, bagi teman tutor, siapkan pikiran terbuka dan hati yang penuh dengan semangat. Bersiaplah untuk memahami dan menerapkan berpikir kritis dalam lingkungan pembelajaran. Mari kita mulai petualangan berpikir yang tak terbatas dan menjelajahi kemungkinan baru bersama-sama.



Berfikir Kritis bagi Pendidik

"critical thinking" atau berpikir kritis, ppengertian ini dapat bervariasi tergantung siapa yang ditanya. Bagi pendidik, seperti halnya kata-kata seperti demokrasi, global, dan organik, istilah ini sering digunakan tetapi tampaknya tidak banyak orang yang benar-benar memahami apa yang sebenarnya dimaksud dengan berpikir kritis.


Dalam konteks pendidikan, berpikir kritis dapat diartikan sebagai proses berpikir yang bertujuan untuk menghasilkan penilaian. Hal ini dapat membawa perubahan baik secara pribadi maupun sosial, tetapi sering dianggap sebagai sesuatu yang negatif di sekolah karena berpotensi meragukan segala bentuk dan fungsi yang ada, termasuk kelas dan materi pelajaran yang diajarkan.


Secara umum, definisi berpikir kritis adalah menangguhkan penilaian sementara mengidentifikasi bias dan asumsi yang mendasarinya untuk mencapai kesimpulan yang akurat. Namun, lebih dari sekadar definisi, penting juga untuk memahami konteks penggunaannya. Berpikir kritis memiliki peran penting dalam proses pembelajaran, dan sering kali digunakan dalam pernyataan misi sekolah yang mungkin memiliki makna yang ambigu.


Organisasi criticalthinking.org menyatakan bahwa berpikir kritis melibatkan analisis, penilaian, dan rekonstruksi pemikiran secara terampil untuk meningkatkan kualitas pemikiran seseorang. Berpikir kritis melibatkan pengawasan diri, disiplin diri, dan pemantauan serta perbaikan pemikiran seseorang. Ini melibatkan kemampuan komunikasi efektif dan kemampuan pemecahan masalah, serta komitmen untuk mengatasi egosentrisme dan sosiosentrisme yang melekat pada diri kita.


Dalam pendidikan, pendekatan pedagogi kritis dan berpikir kritis memiliki banyak persamaan. Namun, dalam berpikir kritis, tujuan utamanya adalah untuk mencapai kritik yang berdasarkan pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri dan/atau dunia sekitar. Berpikir kritis melibatkan interaksi yang konstan dengan perubahan lingkungan dan pengetahuan baru, yang memungkinkan visi yang lebih luas dan membuka kemungkinan adanya bukti baru.


Berpikir kritis melibatkan mengumpulkan pengetahuan, memahami sesuatu dengan cara yang unik, menganalisisnya, mengevaluasinya, dan mengkritiknya dengan cara yang mengungkapkan kelemahan, bias, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Untuk berpikir kritis, seseorang harus menggunakan alat pemikirannya sendiri, seperti skema, pengetahuan latar belakang, dan proses pembentukan makna yang khas. Tidak ada template atau format baku untuk berpikir kritis.


Secara keseluruhan, berpikir kritis melibatkan proses analisis, evaluasi, dan penilaian yang mendalam terhadap suatu hal, serta kemampuan untuk mengungkapkan penilaian tersebut dalam bentuk yang tepat (misalnya, esai argumentatif) dan kepada khalayak yang dituju (misalnya, guru). Berpikir kritis membantu siswa memahami pemikiran orang lain dan mengembangkan kemampuan berpikir mereka sendiri dengan mempelajari dan meniru para ahli dalam bidang yang mereka pelajari.


Sumber: https://www.teachthought.com/critical-thinking/the-definition-of-critical-thinking/



1: Definisi Berpikir Kritis: Membongkar Mitos dan Menyusun Landasan


Di sini, kita akan membahas definisi yang jelas dan praktis mengenai berpikir kritis, serta bagaimana membangun landasan yang kokoh untuk menerapkannya di kelas. Berpikir kritis melibatkan kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menyusun pemikiran dengan cara yang mendalam dan objektif.


Dalam praktek di kelas, kita dapat mengajak siswa untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang merangsang berpikir kritis. Misalnya, dalam pelajaran ilmu pengetahuan, siswa dapat diberikan sebuah eksperimen dan ditantang untuk mengidentifikasi variabel yang dikendalikan, variabel yang diubah, dan kemungkinan faktor yang mempengaruhi hasilnya. Dengan demikian, siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep ilmu pengetahuan, tetapi juga melatih kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis data dan menarik kesimpulan yang akurat.


Melalui latihan-latihan yang dirancang khusus, siswa dapat mengasah keterampilan berpikir kritis mereka.


2. Langkah Pertama:  Mengajukan Pertanyaan yang Mendorong Berpikir Mendalam

Langkah pertama dalam mengembangkan berpikir kritis adalah melatih siswa untuk mengajukan pertanyaan yang mendorong pemikiran mendalam. Sebagai guru, kita dapat memberikan contoh-contoh situasi di lapangan yang relevan dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari. 


Misalnya, dalam pelajaran sejarah, siswa dapat diberikan akses ke sumber-sumber primer seperti surat-surat atau dokumen historis, lalu diminta untuk mengajukan pertanyaan yang mendorong analisis yang lebih dalam. Mereka dapat ditantang untuk menanyakan tentang motif dan tujuan penulis, serta mempertimbangkan bagaimana konteks sejarah mempengaruhi perspektif yang terungkap dalam dokumen tersebut.


Selain itu, dapat diadakan diskusi kelompok di mana siswa saling bertukar pertanyaan yang mereka ajukan. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi mereka untuk memperluas pemahaman dan melatih keterampilan berpikir kritis melalui dialog dan kolaborasi. Dengan mengajukan pertanyaan yang memancing pemikiran mendalam, siswa akan terbiasa untuk berpikir kritis secara alami dan membangun kemampuan analitis yang kuat.



3: Mengasah Keterampilan Analisis: Memecah Kompleksitas menjadi Bagian yang Terkelola


Sumber: Codemi


Setelah mempelajari cara mengajukan pertanyaan yang mendorong berpikir mendalam, langkah berikutnya dalam pengembangan berpikir kritis adalah melatih siswa dalam keterampilan analisis. Guru dapat memberikan contoh situasi di lapangan yang membutuhkan pemecahan kompleksitas menjadi bagian-bagian yang terkelola. Misalnya, dalam pelajaran matematika, siswa dapat diberikan masalah yang kompleks yang melibatkan berbagai operasi matematika, dan mereka diminta untuk memecahnya menjadi langkah-langkah yang teratur. Dengan memecahkan masalah secara sistematis, siswa akan melatih kemampuan mereka dalam berpikir analitis dan menemukan solusi yang efektif.

Selain itu, praktek kolaboratif dapat menjadi sarana yang efektif dalam mengasah keterampilan analisis. Misalnya, dalam pelajaran ilmu pengetahuan, siswa dapat diberi tugas untuk melakukan penelitian eksperimental dalam kelompok. Mereka harus menganalisis data yang diperoleh secara kolektif, mengidentifikasi pola atau tren, dan menarik kesimpulan yang didukung oleh bukti. Dengan melakukan analisis bersama, siswa akan belajar bekerja dalam tim, berbagi ide, dan mengembangkan pemikiran analitis yang kuat.


4: Evaluasi yang Kritis: Membedakan Antara Fakta dan Opini, Kualitas dan Kelemahan



Dalam praktik evaluasi yang kritis, guru dapat memberikan contoh-contoh situasi di lapangan yang membutuhkan pemahaman siswa dalam membedakan antara fakta dan opini, serta mengevaluasi kualitas dan kelemahan suatu argumen. Misalnya, dalam pelajaran bahasa Inggris, siswa dapat diberikan artikel berita yang kontroversial dan diminta untuk mengidentifikasi pernyataan yang didukung oleh bukti empiris versus pernyataan yang hanya berdasarkan opini pribadi. Mereka juga dapat diminta untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan argumen yang terkait dengan topik tersebut. Dengan demikian, siswa akan terlatih dalam memilah informasi yang dapat dipercaya dan mengembangkan sikap kritis dalam mengevaluasi sumber informasi.


Praktek evaluasi yang kritis juga dapat dilakukan melalui debat atau diskusi kelas. Siswa dapat diberikan topik kontroversial, dan mereka harus menganalisis argumen yang saling bertentangan, mengevaluasi kekuatan dan kelemahan masing-masing argumen, serta menyusun argumen mereka sendiri dengan dukungan yang kuat. Melalui latihan semacam ini, siswa akan mengembangkan keterampilan evaluasi yang kritis, mampu melihat lebih dari satu sudut pandang, dan mengartikulasikan pandangan mereka secara logis.


Dalam kegiatan ini, siswa akan belajar untuk menganalisis dan mengevaluasi argumen dengan menggunakan strategi berpikir kritis yang telah mereka pelajari sebelumnya.



5: Mengkomunikasikan dengan Gaya Bicara yang Tepat: Membimbing Siswa menuju Berpikir Kritis


Sumber: Beautynesia

Selain melatih siswa dalam berpikir kritis, penting bagi guru untuk mengembangkan kemampuan komunikasi yang efektif dalam membimbing siswa menuju berpikir kritis. Guru dapat memberikan contoh-contoh situasi di lapangan di mana mereka menggunakan gaya bicara yang tepat untuk mendorong siswa terlibat dalam berpikir kritis. Misalnya, dalam diskusi kelas, guru dapat menggunakan frase seperti "Mari kita jelajahi sudut pandang yang berbeda" atau "Bagaimana bukti ini dapat mendukung atau meragukan argumen ini?" untuk merangsang pemikiran reflektif dan kritis siswa.


Praktik komunikasi yang efektif juga dapat dilakukan melalui penugasan menulis. Guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk menulis esai yang menganalisis suatu topik secara kritis. Dalam memberikan umpan balik, guru dapat menggunakan gaya bicara yang membangun, memberikan pujian atas analisis yang tajam dan mengajukan pertanyaan yang merangsang pemikiran kritis. Dengan demikian, siswa akan terlatih dalam mengkomunikasikan pemikiran mereka secara jelas dan terstruktur, serta mendorong perkembangan pemikiran kritis yang lebih dalam.


Dengan mengintegrasikan komunikasi yang efektif dalam praktik pembelajaran, guru dapat membangun lingkungan kelas yang mendukung berpikir kritis. Melalui gaya bicara yang tepat, siswa akan merasa didengar, didorong untuk berpikir lebih mendalam, dan percaya bahwa pemikiran kritis mereka memiliki nilai. Selain itu, melalui praktik menulis, siswa akan belajar menyampaikan pemikiran mereka dengan cara yang persuasif dan terorganisir.


Dalam keseluruhan artikel ini, kita telah menjelajahi langkah-langkah praktis untuk mengajarkan berpikir kritis di kelas, serta menyajikan contoh-contoh situasi di lapangan untuk menerapkannya. Dengan mempraktekkan berpikir kritis melalui pengajuan pertanyaan mendalam, analisis yang tajam, evaluasi yang kritis, dan komunikasi yang efektif, siswa akan mengembangkan keterampilan berpikir yang kritis, analitis, dan mandiri. Dalam dunia yang kompleks dan terus berkembang, kemampuan berpikir kritis adalah kunci untuk mempersiapkan siswa menjadi pemikir yang adaptif dan sukses dalam kehidupan.


6: Melampaui Batasan Kelas: Menerapkan Berpikir Kritis dalam Konteks Luar Kelas


Sumber: BandungBergerak.id

Selain menerapkan berpikir kritis di dalam kelas, penting juga untuk membantu siswa melihat relevansi dan kegunaan berpikir kritis di luar lingkungan akademik. Guru dapat memberikan contoh-contoh situasi di lapangan yang menunjukkan bagaimana berpikir kritis dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam konteks sosial, siswa dapat diberikan tugas untuk menganalisis dan mengevaluasi berita palsu atau informasi yang menyesatkan di media sosial. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan kritis dalam memilah informasi yang dapat dipercaya dan memahami dampak dari penyebaran berita palsu.


Selain itu, siswa juga dapat diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proyek komunitas yang membutuhkan pemikiran kritis. Misalnya, mereka dapat terlibat dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang melibatkan pemecahan masalah, seperti merancang solusi inovatif untuk mengurangi limbah plastik di sekolah atau mengevaluasi keberlanjutan suatu program lingkungan di komunitas sekitar. Dengan berpikir kritis, siswa akan mampu menganalisis situasi yang kompleks, menemukan solusi yang kreatif, dan berkontribusi secara positif dalam lingkungan mereka.


Melampaui batasan kelas, menerapkan berpikir kritis dalam konteks luar akan membantu siswa melihat bahwa keterampilan ini tidak hanya relevan dalam pembelajaran akademik, tetapi juga sangat berharga dalam kehidupan sehari-hari. Membantu siswa memahami dan mengalami penerapan berpikir kritis dalam situasi nyata akan memberikan mereka keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan masa depan dengan keyakinan dan kecerdasan.


7: Mendorong Refleksi dalam Berpikir Kritis


Terakhir, penting untuk mendorong refleksi dan pertumbuhan berkelanjutan dalam berpikir kritis. Guru dapat memberikan contoh-contoh situasi di lapangan di mana siswa diajak untuk merefleksikan dan mengevaluasi perkembangan mereka dalam berpikir kritis. Misalnya, mereka dapat diminta untuk membuat jurnal refleksi di mana mereka mencatat pengalaman mereka dalam menggunakan berpikir kritis, tantangan yang mereka hadapi, dan strategi apa yang berhasil atau belum berhasil.


Selain itu, guru juga dapat melibatkan siswa dalam diskusi reflektif kelompok di mana mereka berbagi pengalaman, keberhasilan, dan kesulitan dalam menerapkan berpikir kritis. Hal ini akan membantu siswa menyadari perkembangan mereka dan mendapatkan umpan balik dari teman sekelas serta guru. Dengan mendorong refleksi secara teratur, siswa akan lebih sadar tentang kekuatan dan area pengembangan dalam berpikir kritis, serta memotivasi mereka untuk terus tumbuh dan meningkatkan keterampilan tersebut.


Penting juga untuk mengajarkan siswa bahwa berpikir kritis adalah sebuah perjalanan yang berkelanjutan. Guru dapat memberikan contoh-contoh tokoh terkenal atau profesional di berbagai bidang yang terus mengasah keterampilan berpikir kritis mereka. Dengan melihat contoh-contoh ini, siswa akan terinspirasi untuk melihat berpikir kritis sebagai sebuah proses yang tidak pernah berhenti dan akan membawa manfaat sepanjang kehidupan.


Dengan mendorong refleksi dan pertumbuhan berkelanjutan dalam berpikir kritis, siswa akan terus melihat nilai dan kepentingan dalam mengembangkan keterampilan ini. Mereka akan memahami bahwa berpikir kritis adalah sebuah perjalanan yang membutuhkan dedikasi dan latihan terus-menerus. Dengan memberikan kesempatan untuk merefleksikan dan mengembangkan diri, guru akan memberikan fondasi yang kuat bagi siswa untuk menjadi pemikir yang analitis, kreatif, dan mandiri dalam menjalani kehidupan mereka.


Kesimpulan:

Dalam dunia yang kompleks ini, kemampuan berpikir kritis adalah kunci untuk menghadapi tantangan dengan kepercayaan diri dan kecerdasan. Dengan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, siswa akan siap menghadapi dunia dengan pemikiran yang analitis, kreatif, dan mandiri.


Dalam artikel ini, kita telah menjelajahi langkah-langkah praktis dalam mengajarkan berpikir kritis di kelas. Mulai dari mengajukan pertanyaan yang mendorong berpikir mendalam, mengembangkan keterampilan analisis, hingga kemampuan evaluasi yang kritis, semua langkah tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari. Melalui contoh-contoh situasi di lapangan, siswa dapat melihat relevansi berpikir kritis dalam kehidupan nyata dan bagaimana keterampilan tersebut dapat membantu mereka dalam pengambilan keputusan yang baik.


Selain itu, kami juga menyoroti pentingnya komunikasi yang efektif dalam membimbing siswa menuju berpikir kritis. Melalui gaya bicara yang tepat dan praktik menulis, siswa dapat mengkomunikasikan pemikiran mereka dengan jelas dan secara persuasif.


Lebih dari sekadar keterampilan akademik, berpikir kritis memiliki aplikasi yang luas dalam konteks sosial dan kehidupan sehari-hari. Kami menekankan pentingnya menerapkan berpikir kritis di luar kelas, seperti dalam memilah informasi yang dapat dipercaya di media sosial atau berpartisipasi dalam proyek komunitas yang membutuhkan pemecahan masalah.


Terakhir, kami menggarisbawahi perlunya refleksi dan pertumbuhan berkelanjutan dalam berpikir kritis. Dengan mendorong siswa untuk merenungkan pengalaman mereka, mereka dapat terus tumbuh dan memperbaiki keterampilan berpikir kritis mereka seiring waktu.


Dengan menerapkan langkah-langkah praktis ini dan memberikan contoh-contoh situasi di lapangan, guru dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang kuat dan relevan dalam kehidupan mereka. Berpikir kritis adalah keterampilan yang tak ternilai harganya dalam menghadapi dunia yang kompleks dan terus berkembang. Dengan berpikir kritis, siswa akan siap menghadapi tantangan dengan kepercayaan diri, kemampuan analitis yang mendalam, dan pemikiran yang inovatif.




Bagaimana Praktek Berfikir Kritis di Kelas?

Mari kita lihat bagaimana situasi contoh ini barangkali bisa sebagai petunjuk bahwa berfikir kritis itu dapat dilaksanakan selama kita berada bersama murid-murid.

Berikut adalah langkah-langkah praktis untuk menerapkan berpikir kritis dalam pembelajaran bagi siswa sekolah dasar, sekolah menengah, dan sekolah menengah atas, beserta contoh-contohnya:


  1. Mengajukan Pertanyaan yang Mendorong Berpikir Kritis:

Sumber: Bimedia

    • Siswa SD: Ajak siswa untuk mengajukan pertanyaan terbuka yang mendorong mereka untuk berpikir secara mendalam tentang suatu topik. Misalnya, dalam pelajaran tentang hewan, siswa dapat diajak bertanya, "Mengapa hewan memiliki berbagai macam habitat?"

    • Siswa SMP: Berikan tugas yang mengharuskan siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi. Contohnya, dalam studi sejarah, minta siswa untuk meneliti dan membandingkan sudut pandang yang berbeda tentang suatu peristiwa sejarah.

    • Siswa SMA: Libatkan siswa dalam diskusi yang melibatkan pemikiran kritis dan perdebatan. Misalnya, dalam pelajaran bahasa Inggris, minta siswa untuk membahas isu kontroversial dari sudut pandang yang berbeda dan mempertahankan argumen mereka dengan bukti yang kuat.


  1. Pengembangan Keterampilan Analisis:

    • Siswa SD: Ajarkan siswa untuk mengidentifikasi fakta dan opini dalam teks yang mereka baca. Misalnya, dalam membaca cerita, ajak mereka untuk membedakan antara fakta tentang karakter dan pendapat penulis tentang karakter tersebut.

    • Siswa SMP: Latih siswa untuk mengidentifikasi argumen dalam teks yang mereka baca. Misalnya, dalam membaca artikel berita, minta siswa untuk mengenali argumen yang digunakan penulis untuk mendukung pendapatnya.

    • Siswa SMA: Berikan tugas penulisan yang melibatkan analisis kritis terhadap sumber informasi. Misalnya, minta siswa untuk menulis esai yang mengkritisi dan mengevaluasi kualitas buku nonfiksi yang mereka baca.


  1. Mengembangkan Kemampuan Evaluasi:

    • Siswa SD: Latih siswa untuk mengevaluasi keandalan sumber informasi. Misalnya, dalam pelajaran tentang internet, ajak siswa untuk mempertimbangkan apakah sumber informasi yang mereka temukan dapat dipercaya atau tidak.

    • Siswa SMP: Ajarkan siswa untuk mengevaluasi argumen berdasarkan bukti yang diberikan. Misalnya, dalam pelajaran matematika, minta siswa untuk menilai kekuatan bukti dalam sebuah teorema atau rumus matematika.

    • Siswa SMA: Berikan tugas yang melibatkan evaluasi kritis terhadap masalah sosial atau isu kontemporer. Misalnya, minta siswa untuk menulis esai yang mengevaluasi kebijakan pemerintah dalam menangani perubahan iklim berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada.


Dalam semua tingkatan sekolah, penting untuk memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa untuk membantu mereka meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka. Selain itu, pemberian kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi, berkolaborasi, dan mempresentasikan pemikiran mereka juga dapat memperkuat keterampilan berpikir kritis.


Contoh gaya bicara guru

Sumber: BlogPendidikan

Berikut adalah contoh-contoh gaya bicara guru dalam situasi yang berbeda untuk masing-masing langkah praktis dalam mengajarkan berpikir kritis:

  1. Mengajukan Pertanyaan yang Mendorong Berpikir Kritis:
    a) Situasi: Pelajaran sains di sekolah dasar tentang daur hidup serangga.

    • Frase: "Mari kita pikirkan mengapa tahap pupa dalam daur hidup serangga sangat penting."

    • Gaya bicara: Bicara dengan semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi, mengajak siswa untuk berpikir kritis.

  2. b) Situasi: Pelajaran sejarah di sekolah menengah tentang Perang Dunia II.

    • Frase: "Sekarang, mari kita refleksikan alasan mengapa serangan Pearl Harbor menjadi titik balik dalam Perang Dunia II."

    • Gaya bicara: Bicara dengan penuh keterlibatan emosional dan membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong siswa untuk berpikir kritis tentang peristiwa sejarah tersebut.


  1. Pengembangan Keterampilan Analisis:
    a) Situasi: Pelajaran matematika di sekolah dasar tentang pengurangan pecahan.

    • Frase: "Ayo kita teliti dengan seksama bagaimana mengurangkan pecahan ini."

    • Gaya bicara: Bicara dengan kejelasan dan ketenangan, mengarahkan siswa untuk menganalisis secara rinci konsep pengurangan pecahan.


  1. b) Situasi: Diskusi sastra di sekolah menengah atas tentang karakter dalam sebuah novel.

    • Frase: "Mari kita analisis kepribadian karakter utama dalam novel ini berdasarkan tindakan dan kata-kata mereka."

    • Gaya bicara: Bicara dengan penekanan yang jelas pada pemahaman karakter, mendorong siswa untuk menganalisis karakter secara mendalam.


  1. Mengembangkan Kemampuan Evaluasi:
    a) Situasi: Pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar tentang cerita pendek.

    • Frase: "Sekarang, mari kita evaluasi akhir cerita ini apakah sesuai dengan konflik yang terjadi sepanjang cerita."

    • Gaya bicara: Bicara dengan sikap kritis dan objektif, mengajak siswa untuk mengevaluasi kualitas cerita pendek berdasarkan konsistensi naratif.


  1. b) Situasi: Diskusi dalam pelajaran filsafat di sekolah menengah atas tentang etika.

    • Frase: "Ayo kita evaluasi argumen ini dengan mempertimbangkan implikasi etisnya."

    • Gaya bicara: Bicara dengan penuh kecermatan dan kehati-hatian, mendorong siswa untuk mengevaluasi argumen secara kritis berdasarkan pertimbangan etis.


Dalam setiap situasi seperti di atas maka penting untuk menyesuaikan gaya bicara dan penekanan dengan tingkat dan kebutuhan siswa.


Untuk memperkaya pemahaman:

  1. Brookfield, S. (2012). Teaching for Critical Thinking: Tools and Techniques to Help Students Question Their Assumptions. John Wiley & Sons.
  2. Paul, R., & Elder, L. (2006). Critical Thinking: The Nature of Critical and Creative Thought. Journal of Developmental Education, 30(2), 34-35.
  3. Freire, P. (1970). Pedagogy of the Oppressed. The Continuum International Publishing Group Inc.
  4. McMillan, J. H., & Schumacher, S. (2014). Research in Education: Evidence-Based Inquiry. Pearson.


Diposting: Admin (M. Kurtubi)





×
Berita Terbaru Update